Oleh: Prof. Drs Physiol. Dr. Y.S. Santosa Giriwijoyo

Sebelum
manusia mengenal listrik, ternyata Allah telah menggelarkan listrik
dalam tubuh manusia secara sangat canggih, bahkan sejak dari
dihadirkanNya manusia pertama di bumi. Sel-sel dalam tubuh manusia yang
jumlahnya lebih dari satu triliun masing-masing mempunyai muatan listrik
sebesar 90 mV dengan muatan positif diluar membran sel dan muatan
negatif di dalamnya. Bila dapat dibuat hubungan seri dalam masalah
listriknya antara satu sel dengan sel yang lain maka memang tubuh
manusia mempunyai potensi yang sangat besar dalam menghasilkan tegangan
listrik. Misalnya untuk menghasilkan tegangan 220 V (tegangan listrik
rumah tangga) diperlukan hubungan seri 2500 sel saja, sedangkan tubuh
manusia mengandung lebih dari 1 triliun sel. Apakah hal yang demikian
dapat dilakukan dalam tubuh manusia? Entahlah. Tetapi memang ada
diberitakan orang dapat menyalakan bola lampu hanya dengan memegang
kutub-kutubnya, sehingga kiranya memang bukan hal yang sangat mustahil,
sebab bahan bakunya memang telah tersedia dalam tubuh manusia itu
sendiri.
Pada sejenis belut yang disebut “Electric eel” (belut listrik), belut
ini dapat mengembangkan perbedaan voltase yang cukup besar antara
bagian kepala dan ekor, konon sampai 300 Volt, gunanya untuk menyengat
lawan atau mangsanya. Hal ini menunjukkan bukti bahwa bukanlah hal yang
mustahil bahwa struktur biologik dapat mengembangkan potensial listrik
yang cukup tinggi.
Semua alat-alat tubuh manusia dalam
menjalankan fungsinya selalu berkaitan dengan masalah listrik ini,
khususnya saraf dan otot, termasuk otot jantung.
Penyakit dapat menimbulkan gangguan listrik dalam tubuh, sebaliknya
gangguan listrik pada sesuatu alat tubuh dapat menimbulkan gejala
penyakit. Misalnya radang (selaput) otak dapat menimbulkan gangguan
listrik pada otak sehingga menyebabkan terjadinya kejang-kejang;
sebaliknya gangguan listrik pada otak dapat menimbulkan gejala penyakit
misalnya epilepsi (ayan). Hal yang sama dapat terjadi baik pada otot
maupun pada jantung, misalnya iskemia (kekurangan darah) atau infarct
(kematian jaringan) otot jantung dapat menyebabkan gangguan tata listrik
jantung, sebaliknya gangguan tata listrik jantung dapat menimbulkan
gangguan irama denyut jantung (extra systole).
Sudah sejak lama dunia Kedokteran memanfaatkan peristiwa listrik
tubuh ini untuk keperluan diagnostik misalnya pencatatan peristiwa
listrik :
otak yang disebut Elektroensefalografi (EEG).
jantung yang disebut Elektrokardiografi (EKG/ECG).
otot yang disebut Elektromyografi (EMG).

Hal
tersebut diatas dikemukakan oleh karena ada disebut- sebut bahwa tenaga
dalam ditimbulkan sebagai hasil dari pengaturan tata listrik dalam
tubuh yang kemudian menghasilkan medan elektromagnetik yang mengelilingi
tubuhnya. Bila memang demikian masalahnya maka adanya medan
elektromagnetik tersebut diatas tentulah akan dapat dibuktikan
berdasarkan hukum-hukum fisika. Contoh : sebuah kumparan kawat listrik
yang diletakkan dekat pada sebuah kompas; bila kumparan itu kemudian
dihubungkan dengan sumber arus listrik searah (batu batere, accu), maka
akan segera terbentuk medan elektromagnetik sekitar kumparan itu.
Bersamaan dengan terbentuknya medan elektromagnetik, maka jarum kompas
(jarum kompas tiada lain ialah sebuah magnet) akan menunjukkan
pergerakan. Makin kuat sumber arusnya makin kuat dan luas medan
elektromagnetik yang terbentuk dan makin besar terjadinya pergerakan
jarum kompas itu. Demikian juga dalam hal jaraknya; makin dekat letak
kompas terhadap kumparan makin besar pergerakan jarum kompas itu yang
terjadi. Akan tetapi ada satu posisi tertentu di mana jarum kompas dapat
sama sekali tidak bergerak berapapun besar arus listrik yang dialirkan
melalui kumparan, yaitu bilamana posisi kumparan kawat itu sedemikian
rupa sehingga arah medan elektromagnetik yang dihasilkan kumparan tepat
sama dengan arah medan magnetik yang dihasilkan oleh jarum kompas itu.
Seorang blogger pemula asal kota Sumedang, bukan siapa-siapa hanya laki-laki yang hobi READY FOR LEARNING BY DOING, Blogging is My Style