ROMANTIKA BERBURU ILMU KAROMAH & PERDUKUNAN
Oleh : pak
Agus Balung
Persyaratan
untuk memperoleh ilmu karomah dan perdukunan itu sangat berat, namun ternyata banyak juga orang bersedia menempuhnya. Dan setelah mereka mendapatkan itu semua ,
ternyata mereka hanya mendapatkan kesenangan yang semu. Mereka tidak
menemukan kebahagiaan dan kesenangan yang diangan angankan, padahal mereka
telah banyak berkorban untuk mendapatkan semua itu.
Ilmu karomah dan perdukunan termasuk
tipu daya syaitan untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah yang lurus.
Syaitan menjanjikan angan angan yang kosong dan menjebak manusia untuk
menyekutukan Allah. Mereka mendapatkan kesenangan dunia yang hanya sedikit,
selanjutnya di akherat dibenamkan kedalam neraka jahanam. Didalam surat Al
Fathir ayat 5-6, Allah telah mengingatkan manusia agar jangan tertipu oleh
kehiduoan dunia dan angan angan kosong yang dijanjikan syaitan
(5).Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali kali janganlah kehidupan
dunia memerpdayaimu dan jangan sekali kali setan yang pandai menipu
memerpdayaimu tentang Allah.
(6).Sesungguhnya syaitan itu musuh bagimu, maka anggaplah ia
musuh kamu, karena sesungguhnya syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka yang menyala nyala ( QS. Al Fathir : 5-6)
Berikut ini akan saya sampaikan
pengalaman seorang penuntut ilmu karomah dan perdukunan ini, namanya : Gus Wachid , yang pada
akhirnya dia menyadari kekeliruannya
kemudian bertaubat dan meninggalkan semua ilmu yang pernah dituntutnya.
Begini kisahnya :
Saya belajar ilmu ilmu perdukunan
sejak dibangku Tsanawiyah. Tawuran antar pelajar yang menjadi trend saat itu
membuat tekad saya untuk mempelajari Ilmu Klenik semakin kuat. Disebuah pesantren , saya mulai belajar puasa pati geni dan slametan pakai ayam jago
hitam, hatinya saya makan, dagingnya
kyai yang makan. Wah, saya diakali thok.
Kalau begitu ya…lumayan buat kyainya.
Kemudian saya disuruhnya puasa selama 40 hari. Setelah itu untuk
mengetahui puasanya sah atau tidak, maka perlu ditest. Testnya harus membaca wirid terlebih
dulu. Salah satu wiridnya adalah : ya maliki ya maliku, iyyaka nakbudu, wa
iyyaka nasta’in, kemudian jarum ditusukkan kekulit saya, lalu
disayat dengan silet, dan……aneh, tidak ada darah setetespun yang keluar dari
kulit saya, walaupun ada bekasnya. Suatu
pertanda bahwa puasa saya sah. Sayapun lulus.
Padahal saya melanggar aturan guru.
Karena saya Cuma sanggup puasa Cuma 7 hari.
Selama proses menjalani puasa, baru dapat beberapa hari saja BAB (maaf,
kotoran yang keluar dari anus) berwarna putih.
“Waduh, bisa mati saya” pikir saya
Kata orang, saya ini berbakat untuk urusan ilmu ilmu seperti ini, katanya pula, saya ini keturunan Joko
Tingkir. Jadi dzikirnya bisa pamungkasan (ampuh). Ciri cirinya adalah panjang depa kedua tangan saya lebih panjang
dari panjang badanya. Sementara teman
teman saya yang puasanya genap 40 hari ada yang disuruh mengulang puasanya,
karena tidak lulus.
Belajar ilmu itu ada urutanya. Pertama Ilmu Karomah. Selanjutnya, Ilmu Tenaga Dalam. Kalau orang cuma belajar tenaga dalam tanpa
belajar ilmu karomah biasanya tidak kuat.
Ilmu tenaga dalam itu mudah, beli instant juga bisa, diisi langsung,
bisa dibuktiin ditempat. Nah, di tenaga
dalam inilah setiap praktisi perdukunan punya spesialisasi sendiri
sendiri. Ada ilmu kebal, ada ilmu
pellet, ada ilmu pelarisan, santen, dan lain sebagainya. Tanpa dua ilmu ini,
berarti itu dukun bohongan. Setelah kedua ilmu tersebut, barulah lelaku
yang berfungsi untuk meningkatkan keilmuan dan mempertahankan ilmu yang sudah
dikuasainya.
Cara untuk mendapatkan ilmu
Karomah adalah dengan membaca sholawat, kemudian berpuasa beberapa
hari. Selanjutnya membaca wirid : ya Allah,
ya Rasulullah, ya Syekh Abdul Qodir Jaelani, ya Allah kulo nyuwun karomahipun syekh Abdul
Qodir Jaelani, sambil dipancing
dengan gerakan gerakan, untuk kemudian akan gerak sendiri tanpa bisa
dikendalikan. Setelah itu minta
gerak/jurus apapun, bisa. Langsung bisa
sendiri.
Setelah selesai mempelajari ilmu
Karomah di Malang, barulah saya
mengembara dari kota yang satu kekota lainya untuk berburu ilmu pengisian. Yang cukup lama di Lumajang, Jawa timur, saya
berada disana selama 2 tahun, disanalah saya belajar Ilmu Cor wojo, (ilmu
isian untuk kekebalan). Pantangan ilmu
ini adalah makan pisang mas. Tetapi saat saya melanggar pantangan tersebut,
sama sekali tidak berpengaruh pada saya.
Termasuk yang saya pelajari adalah ilmu
pasang susuk, susuknya terbuat dari jarum emas yang halus. Cara memasukan
susuk tersebut kedalam bagian tubuh tertentu dengan membaca shalawat
dalam jumlah hitungan tertentu, kemudian membaca udkhuluha bissalamin amiinin (masuklah dengan selamat lagi aman……ayat)
Di Kediri saya meneruskan perburuan
ilmu. Saya diajari shalawat tertentu, yang dibaca dalam jumlah hitungan yang cukup
banyak. Baru membaca beberapa kali saja
hasilnya sudah Nampak. Jin datang dengan wajah mirip guru saya. Bahkan
namanyapun menggunakan nama guru saya.
Tidak puas sampai disitu, sayapun
mengejar ilmu yang lebih tinggi lagi dari Cor Wojo, yaitu Ilmu Sungai Rajeh,
maka perjalanan sayapun mengarah
ke pulau Madura. Termasuk didalamnya ada
pembelajaran Jurus Wali
Songo,
mewiridkan Sembilan Asmaul Husna, tapi yang sebenarnya salah satu
diantaranya bukanlah termasuk Nama Allah.
Begini wiridnya : ya
hayyu, ya ali, ya mali, ya wafi, ya waqi, ya qowiy, ya ghoniy, ya wali, ya
baqi (Wali, bukan nama Allah,
tidak termasuk asmaul husna) dibaca 9 kali dengan tanpa bernapas. Tapi
tampakanya saya kurang sukses. Selanjutnya,
saya lebih banyak mengembangkan diri dengan membaca dari buku buku dan diskusi.
BANYAK ORANG TERTIPU
Tahun 1986, setamat dari Ailiyah
saya sudah mulai praktek. Hanya dari mulut ke mulut, saya semakin dikenal
banyak orang. Puncaknya, ditahun 1988, waktu saya di semester satu IAIN. Pelanggan saya orang orang besar, orang yang
sudah mapan, punya nama dan jabatan.
Diantara mereka ada para dosen saya sendiri. Belum lagi para dosen itu membawa teman
temannya. Makanya, mereka sangat hormat pada saya, hal yang sangat langka loh, mahasiswa sangat dihormati oleh
dosennya. Sampai pernah suatu ketika
saya mbisu
(puasa bicara) saat diskusi kelas. Para
dosen tidak ada yang berani menegur saya, malah ada yang semakin hormat. Mereka
hanya bilang : “Gus Wachid lagi topo mbisu”.
Kecuali satu orang yang masya Allah,
namanya pak Abu Bakar, dosen ilmu Hadist, orang Bima, beliau sangat benci saya,
entah kenapa, sementara dosen dosen yang begitu hormatnya pada saya. Kalau
masuk kuliah, mahasiwa laki dan perempuan dipisah. Resikonya, beliau adalah
dosen ilmu hadist yang paling tidak laku. Tapi justeru saya mengambil beliau. Rupanya
Cuma beliau yang tidak terpengaruh saya.
Setelah itu, dari mulut ke mulut
orang ramai datang ke tempat saya untuk minta bantuan. Saya waktu itu punya majlis
Shalat
Tasbih
dan
dzikir
setiap malam jumat legi. Dan setelah itu
saya adakan taubatan (mandi
dikolam). Saya dulu punya kolam untuk memandikan orang. Sebenarnya itu kolam
ikan biasa, mungkin ada ularnya juga.
Semua ini hanya mengarang saja, tanpa rujukan atau bisikan, murni
karangan saya saja.
Beberapa nama besar, bahkan para
akademisi agama pernah saya mandikan di kolam saya. Pernah suatu saat datang
seorang professor kepada saya karena
kasus anaknya yang nakal, kurang wibawa dalam memimpin, anak buahnya ada yang
berani berontak, dan mulai ada saingan.
Saya mandikan, mandi taubat, kata saya.
Sebelum mandi saya siran 3 kali, saya siramkan mulai dari kepalanya yang
botak, sambil saya katakana, : “baca istighfar pak, baca istighfar pak,
sebanyak banyaknya.” Sebenarnya dalam
hati saya tertawa dengan apa yang lakukan, mengapa, karena saya sendiri tidak
yakin dengan apa yang saya lakukan itu. Lah koq yo goblog temen, kan sudah
professor, koq percaya sama saya.
Ada lagi peristiwa yang menggelikan.
Suatu malam, seorang atasan yang jadi pasien saya sedang saya mandikan, Tiba
tiba datang seorang anak buahnya yang juga perlu bantuan saya. Melihat
bawahannya datang, dia blingsatan karena malu, dia minta agar saya
menyembunyikan dia dari anak buahnya.
Sebenarnya saya lebih dikenal
sebagai pemasang susuk. Terutama susuk kekebalan. Pernah saya mengisi satu
pasukan yang mau berangkat tugas ke Timor Timur. (Gus Wachid diam sejenak, dan
mengucap : astaghfirullah al ‘adzim………)
Pengisian missal itu tidak terjadi
Cuma sekali. Tahun 1993 waktu saya KKN di Malang Selatan, semua anak peserta
KKN saya isi. Laki dan perempuan, tanpa kecuali semuanya saya suruh menelan
pelor/gotri. Tujuannya untuk berjaga jaga karena tempat KKN saya basis Nasharo.
Solusi yang saya berikan pada pasien
kadang cuma berdasarkan feeling saja. Dengan konsentrasi sebentar, kemudian
datanglah solusi. Kalau sedang bingung mencari solusi, saya pura pura kekamar
dulu, jujur, sebenarnya waktu itu saya pergunakan untuk mikir apa yang harus
saya lakukan. Maka sebenarnya saya ragu pada para dukun yang katanya selalu
dapat bisikan saat menyelesaikan masalah pasiennya.
Saya bukan tipe dukun yang suka
minta bantuan jin, walaupun saya punya. Jin yang saya paling akrab namanya Abdul
Qowiy (karena suatu hal, nama jinpun disamarkan,
Red). Saya manfaatkan dia hanya untuk mengobati orang yang sedang kesurupan
saja. Dengan membaca satu model Shalawat
sebanhyak 3 kali, dia langsung hadir.
Saya tidak terlalu suka dengan jin
saya ini. Tapi biarpun begitu dia sering hadir.
Yang terlihat oleh saya, Abdul Qowiy tidak ada fisiknya dan tidak bisa
dipegang. Kadang datang seperti
bayangan, kadang seperti kaca, tetapi kadang hadir dalam mimpi. Pernah saya diajak jalan jalan ke kawan
kawanya. Kawan kawannya seperti kemompong, bergelantungan di pepohonan.
Kalau datang, dia menasehati saya.
Tapi tidak berani macam macam, karena dia tau saya punya ilmu agama. Dia tidak pernah menyuruh saya untuk
menyembelih binatang, karena saya tau itu haram jika untuk persembahan pada
jin. Paling paling saya hanya disuruh
shadaqoh sir (rahasia) saja, dan amal amal lainnya
yang tidak melanggar syariat.
Dalam mengobati orang
kesurupan, sangat sering saya dan Abdul
Qowiy harus mengeluarkan jin yang jauh lebih kuat. Tapi saya lawan lagi, lawan
lagi. Sampai keringat bercucuran. Kalau
sudah begitu, saya berdoa dengan ilmu karomah : “Ya Allah, kembalikanlah
kekuatan saya.” Tiba tiba saya kuat
kembali.
Selain Abdul Qowiy, ada lagi satu
jin yang datang beberapa kali membantu
saya. Kalau jin jin lainnya banyak yang datang, lalu pergi. Jin yang beberapa
kali datang itu bernama Sumo. Awa kali saya kenal Sumo ini
adalah saat saya mengobati orang kesurupan.
Melalui mulut orang itu, Sumo ini berkata : “Kulo nderek nyantri
penjenengan,
nggih.”
(saya ikut nyantri anda, ya). Setelah itu dia berkali kali datang saat saya mengobati orang keserupan. Saya
suruh dia masuk ketubuh orang yang kesurupan, dan keluarlah suara Sumo yang pernah saya kenal dulu.
Tidak semua pengalaman perdukunan
itu menyenangkan. Saya pernah dikerjai Abdul Qowiy. Malam itu, pukul 22.00,
saat saya mewiridkan sesuatu. Mencoba
ilmu supaya bisa pergi ke Mekkah dalam sejenak, Abdul qowiy datang. Dia
mengajak saya pergi ke suatu tempat dalam keadaan saya seperti tidak sadarkan
diri. Dalam pekatnya malam, saya terus berjalan, hingga akhirnya saya sadar
Abdul Qowiy telah meninggalkan saya. Saya tidak tau dimana, gelap sekali. Saya coba menenangkan diri. Melihat kiri
kanan, barulah saya tau, saya sedang berada di suatu candi di Batu, Malang.
Waktu itu kawasan Batu, Malang, masih belum banyak penduduknya, kaki saya penuh
duri, celana kotor oleh rumput dan duri.
Sejak saat itu kebencian saya kepada
mereka, para jin, semakin bertambah. Maka ketika saya mulai bertaubat, jin
Abdul Qowiy saya ludahi agar dia pergi.
BERBURU BARANG GHAIB
Saat saya masih aktif di dunia
perdukunan, saya sering mengambil barang barang ghaib dengan tirakatan dan
amalan tertentu. Pernah, suatu hari saya bersama seorang tokoh agama yang
terkenal di Malang dan seorang dukun dari Pasuruan yang juga seorang guru saya
belajar ilmu susuk, mengadakan ritual untuk mengambil batu mirah. Sebelumnya kami
telah menerawangnya dengan ilmu karomah dan dzikir. Hasilnya, tempat keberadaan
batu mirah dan waktu keluarnya sudah saya dapatkan. Di daerah Malang selatan.
Malam semakin larut. Malam itu
adalah malam ketiga mengadakan ritual ditempat itu. Tiba tiba sebongkah batu besar menggelinding
begitu saja. Merah menyala. Kedua orang yang bersama saya justeru malah lari,
kata mereka, ada ular besar. Tapi saya
tidak melihatnya, yang saya lihat Cuma batu mirah saja. Saya ambil batu itu, langsung saya bungkus
dengan kain lawon (kain kafan yang belum
terpakai). Dan kamipun pulang. Barang ghaib seperti itu tak boleh langsung
dimanfaatkan, harus dislameti dulu. Batu mirah yang terbungkus kain kafan itu saya
masukkan kedalam peti dan dislameti dengan ayam putih. Peti terkunci rapat.
Saya sendiri yang menjaganya. Jika malam tiba, saya tidur diatas peti. Namun,
anehnya, ketika tirakatannya selesai, dan peti saya buka ternyata batu mirah
telah berubah menjadi tanah.
Pernah juga saya dapat uang satu
peti dalam pecahan sepuluh ribuan. Kalau
yang ini perlu waktu 5 malam untuk mengambilnya. Saya hanya ikut malam terakhir saja. Temoat pengambilan di pembakaran batu
bata, yang kata orang angke. Di kampong itu ada orang tua pinter yang
di-impeni bahwa batu batanya tidak boleh diambil, karena disenangi makhluk
halus untuk membangun istana nya. Sudah bertahun tahun batu bata itu tidak ada
yang berani mengambil. Katanya disitu istana jin. Dan katanya lagi, tempat itu
bisa memberi uang, maka kamipun mengadakan lelaku, ritual, dengan tirakatan
dan mengadakan slametan dengan penduduk sekitar. Pada malam kelima, kedua teman saya tertidur,
sementara saya masih terjaga. Dan tiba
tiba peti itu muncul. Saya bangunkan
mereka dan saya suruh mereka mengambilnya, karena saya tidak berani
mengambilnya. Dibuka, ternyata isinya
uang. Untuk meyakinkan, diambillah selembar uang tersebut. Sesok
dibelanjakan oleh salah satu santri, dan
laku. Tapi uang harus tetap dislameti
dulu sebelum dimanfaatkan. Kembali saya yang menjaganya. Pada hari terakhir
tirakatan dan slametan, kita buka petinya, dan ternyata uang semuanya berubah
menjadi kertas.
JALAN PANJANG PERTAUBATAN
Tahun 1991 saya masih kuliah di
IAIN. Waktu itu saya sudah mulai mengenal agama. Saya sudah mulai kenal Darul Arqom, kenal
jamaah Tabligh, senang membaca kitab sendiri.
Dan hasilnya, keraguan terhadap dunia yang selama ini saya geluti
semakin kuat. Apalagi saya kecewa terhadap
dunia perdukunan. Niat saya bukan harta. Tapi berdakwah kepada masyarakat dengan
ilmu ilmu tersebut. Anak anak muda yang
suka bermabuk mabukan dan tawuran bersedia kumpul ke saya karena saya punya
ilmu perdukunan. Lalu saya nasehati mereka. Memang benar, mereka mau berhenti,
tapi sesaat. Setelah itu mereka balik lagi kedunia mereka yang asli. Bahkan ada dua orang murid saya yang saling
bacok bacokan. Saya gagal berdakwah dengan cara itu. Tak ada hasilnya.
Perjalanan taubat saya sangat
panjang. Tidak bisa langsung tuntas. Banyak hal yang menghambat niat saya untuk
bertaubat. Diantaranya “popularitas”. Banyak orang yang sudah terlanjur kagum dan
percaya pada saya. Jadi, suatu waktu ada yang datang pada saya untuk minta
bantuan saya, saya masih juga mau menunjukkan kemampuan saya dihadapan orang
itu. Semua orang segan pada saya. Sehingga
tak ada yang berani menegur saya. Bukankah itu suatu kenikmatan batin yang
sangat menggiurkan. Juga, disamping itu
semua ilmu itu saya pelajari sejak saya kecil, jadi sepertinya sudah mendarah
daging.
Saya terus mengkaji dan
merenung. Sayapun mulai meragukan
kebenaran ilmu karomah. Logika saya
mengatakan, karena ilmu karomah ini bisa mendatangkan gerakan apapun yang kita
mau, maka kita minta gerakan menggitar layaknya pemusik tersohorpun bisa. Tapi kan tidak mungkin Allah memberika jurus
menggitar. Berarti ilmu ini bukan dari
Allah sebagai yang saya yakini selama ini.
Saya juga bertanya pada kyai dan
ulama yang benar. Mereka sangat berjasa besar dalam proses pertaubatan saya.
Walupun, saya pernah kecewa pada seorang yang pernah belajar di Mekkah, waktu
saya tanya bagaimana hukumnya susuk, dia katakan ‘boleh’,
asal untuk pengobatan membantu orang lain.
Padahal yang saya butuhkan adalah jawaban yang benar, berdasarkan dalil.
Sampai saya menikah tahun 1995.
Allah telah berkenan menganugerahi saya seorang isteri yang shalekhah. Dialah
orang yang paling berjasa dalam pengembalian saya ke jalan yang benar.. Tanpa
menggurui dengan sabar, isteri terus
mengingatkan pada saya. “Sampeyan itu mas, begini ini apa dasarnya?” Masya Allah, sayapun segan padanya. Ritual perdukunan saya lakukan dengan
sembunyi sembunyi dari intaian isteri.
Hingga suatu hari, saya menyatakan taubat didepan isteri saya. Diapun
sangat gembira. Sejak saat itu, setiap
ada telepon dari pasien, isteri saya langusng memarahinya.
Proses pertaubatan belum juga
berakhir, tahun 1997 Allah menganugerahi kami seorang anak, perempuan. Tapi
datanglah cobaan. Anak saya ada masalah
pada anggauta tubuhnya. Perasaan saya
saat itu berkata : “Ini teguran dari Allah,
dan atau mungkin gangguan dari jin yang tidak rela kalau saya
bertaubat.”
Selanjutnya giliran jin yang
berulah. Saya sakit parah dan lama banget. Saya tidak bisa buang air kecil,
masya Allah….. sakitnya bukan main. Seorang ustadz meruqyah saya. Seketika itu juga saya
langsung bisa kencing. Tapi kencing darah, banyak sekali.
Bukan cuma sekali itu saja gangguan
jin itu datang. Suatu saat datang orang gila datang kerumah saya dengan membawa
pedang, sambil berteriak teriak. Katanya, dia seperti ini gara gara disusuk
oleh Gus Wachid, dulu. Tetangga tetangga
semua dengar. Mungkin jin itu bermaksud agar saya minta bantuan mereka (jin)
lagi. Tetapi tidak, sekali taubat takkan balik lagi pada mereka. Lalu saya ambil air wudhu kemudian baca al
Quran, yang saya baca : la ilaha illallah wahdahu la syarikalah
lahul mulku walahul hamdu wahuwa ala qulli syai’in qodiir.” Saya keluar sambil membawa tongkat. Dan,
alhamdulilah saya bisa menaklukkannya. Kemudian
isuntik obat penenang oleh dokter.
Kalau memikirkan masa lalu, saya
sering menangis, sangat menyesal. Saya
pernah untuk menebus kesalahan itu dengan puasa daud dalam rentang waktu yang
cukup lama, sebagai bentuk pernyataan taubat. Sekarang ini, dimana mana,
dipengajian umum, dipertemuan yang dihadiri banyak orang dalam sebuah acara,
dengan lantang saya berkata : “Saya dulu berdakwah tidak mengajak pada Allah,
tapi mengajak agar supaya fanatic pada saya, saya dulu pernah memasang susuk,
ternyata itu haram. Saya dulu memandikan orang malam malam, ternyata itu salah.
Sekarang saya bertaubat pada Allah.”
Saya juga mendatangi para mantan pasien saya dulu, meminta maaf
pada mereka. Tanggapan mereka macam macam, tetapi semuanya baik baik saja.
Karena memang dulu saya tidak pernah memeras mereka.
MEMBONGKAR KEBOHONGAN RAJAH DAN
DUKUN
Sesuai dengan pengalaman saya dulu, ternyata rajah rajah dalam kitab Syamsul Ma’arif Qubra
itu nggedabrus
kabeh
(omong kosong semua). Saya pernah
mempraktekkan petunjuknya, tapi tak ada yang berhasil. Ternyata bukan cuma saya
saja yang gagal. Banyak orang yang mencobanya, tapi sama saja, gak bisa. Saya piker rajah rajah itu cuman bisikan jin yang ngarang saja. Mungkin ampuh
buat pengarang kitab itu sendiri, atau mereka mereka yang serius banget.
Hehehe…..jadi saya termasuk orang yang tidak serius belajar, ya. Yang sebenarnya rajah itu berfungsi agar ada
“ain” saja (benda nyatanya saja). Intinya mengisinya dengan tenaga dalam.
Saya pernah datang ke seorang ahli
rajah paling terkenal di Malang. Tamunya datang dari berbagai kalangan dan
berbagai daerah, sampai dari Jakarta dan pejabat tinggi negeri inipun pernah
datang ke beliau ini. Dia punya majelis
setiap malam jumat legi, dengan menyembelih sapi. Pengajian itu diisi oleh 40
kyai secara bergantian. Saya rutin datang waktu itu. Saya pernah cek dia dengan
ilmu karomah saya, ternyata memang dia tidak ada isinya. Menjelang saya
bertaubat, saya kerjain dia. Saya pura pura kesurupan, memanggil manggil nama
dia didepan rumahnya. Kemudia saya diajaknya masuk, lalu didudukanlah saya
ditempat duduknya sambil ketakutan. Jadi memang gak ada apa apanya. Dia gak tau
kalau saya bohongin.
Saya terus berdakwah pada para kyai
dan teman teman perdukunan saya dulu.
Salah seorang teman saya mengaku bisa pergi ke Mekkah untuk sholat
jum’at di masjidil haram dalam waktu cuma sekejap. Saya datangi dia. Saya bilang, itu adalah jin. Dan saya perkuat
dengan penjelasan ilmiah. Saya jelaskan,
waktu dia berangkat untuk shalat jum’at di Mekkah, dari rumah sampeyan sini jam
11.00 (waktu Malang), di Mekkah masih
jam 07.00 pagi. Jadi belum ada shalat jumat, kan. “Mosok gitu, gus ?“ kata dia, yang kemudian diapun bertaubat.
Alhamdulillah.
Sekarang ini yang saya incar adalah
dukun dukun yang berbau kriminal. Kalau
ada yang gitu, dimana saja dia berada, langsung tak parani (saya datangi)
langsung, tapi tetap saja pakai prosedural. Seperti belum lama ini ,
saya sendirian, sebenarnya saya sudah ngajak teman teman, tap kebetulan merekan
berhalangan. Saya mendatangi Perguruan di Ngawi yang menawarkan ilmu menghilang. Caranga
dengan menyembelih kucing, kemudian dikubur
ditempat yang tidak terkena sinar matahari, dan setelah 41 hari diambil
dengan puasa selama itu pula. Ada sebelas tulang yang harus diambil. Sebelum
mencoba ilmu itu ada mandi dan ritual lainnya. Diusahakan dipaskan ritual hari
terakhir itu pada malam bulan purnama. Lalu ambil cermin, sambil melihat
cermin, disuruh menggigit satu persatu tulang kucing. Mana tulang yang digigit
dan saat itu wajahnya tak tampak dicermin, nah, tulnag itulah yang harus dibawa
kemana saja dan digunakan untuk menghilang kapanpun dia mau.
Ada tetangga saya yang ikut
perguruan itu dan jadi gila. Bapaknya datang ke saya . Dan saya langsung ke
Ngawi, sambil membawa polisi. Diapun ditahan, sayangnya, bapaknya takut waktu
digertak dukun itu, akhirnya dia mencabut laporannya, dan dukun itupun dikeluarkan dari tahanan.
Yang paling seru, pengejaran dukun
yang menipu adik kawan saya. Adik kawan saya tertipun dalam bisnisnya 200 juta
rupiah, dia datang ke Situbondo, ke dukun top untuk menggandakan uang. Maka dukun itupun meminta uang dalam jumlah
yang besar, yang sebelum meminta uang, adik kawan saya diberi air minum atau cara lain. Saya dan kawan
kawan membongkar sindikat penipuan ini. Saya katakana sindikat, karena
jaringannya meliputi Pasuruan,
Probolinggo, Situbondo sampai ke Madura.
Saya datangai orang yang di
Pasuruan, orangnya menyeramkan, kukunya panjang panjang. Saya robeki rajah
rajah yang tertempel dirumahnya, termasuk ayat ayat yang tertemple di WC. Saya bilang
: “Saya Gus Wachid, kamu ini sesat, penipu lagi.” polisi menangkapnya, walaupun saya dengar
polisi mengeluarkan dia lagi.
Selanjutnya saya ke Probolinggo.
Ternyata yang di Probolinggo ini adalah
ustasdz yang lugu. Hanya di iming imingi uang saja oleh para dukun itu. Saya
nasehati dia, saya gak tega marah kedia,
karena waktu saya bicara anaknya yang kecil ngintip. “Sampeyan itu
salah, aqidah sampeyan itu rusak.”
Penggerebegan berlanjut ke Situbondo. Saya beserta lurah dan masyarakat
setempat mendatangi rumah si dukun, tapi sayang dia sudah melarikan diri
terlebih dahulu.
Dan akhirnya, saya ke Madura. Dukun
paling top itu tidak bisa dtangkap. Pasalnya, yang tau tentang dukun Madura ini
adalah dukun Situbondo. Sementara dukun Situbondo ini sudah melarikan diri.
Jadi tidak ada bukti kuat untuk menangkapnya.
Memang masyarakat kita ini punya masalah yang kompleks. Saya pernah
menulis, bahwa dinegeri ini ada tiga permasalahan yang penting yang harus
segera diatasi. Pertama, tidak ada
standarisasi ulama. Kedua, ketidak jelasan kurikulum pesantren. Dan yang
ketiga, tidak ada editing syariat untuk buku dan tayangan televisi. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hambaNya yang bertaqwa. Amin
(Sumber : Ghoib ruqyah) & As Syifa' Nur Alif